Kemenangan tipis Romano Prodi dan koalisi tengah-kiri-nya pada pemilihan umum di Italia, menjadi sorotan utama berbagai harian di Eropa. Harian Italia, Corriere Della Sera yang terbit di Milan menurunkan komentar, kini Italia sedang terjangkit demam politik yang tinggi.
"Tuntutan koalisi tengah-kanan pimpinan Silivio Berlusconi untuk melakukan penghitungan ulang atas 40.000 kertas suara, menunjukkan tingginya suhu politik di Italia. Seperti penyakit yang menjangkit di seluruh negeri, perpecahan dan delegitimasi. Dan ini adalah dampak nyata dari pemilihan umum pada hari Minggu dan Senin kemarin. Sebuah negara Italia, yang terbagi oleh dua kultur politik yang saling bertentangan. Sebuah negara yang berhaluan kanan, namun juga harus beradaptasi dengan tradisi politik kiri. Layaknya Hektor dan Archilles yang dipaksa untuk hidup bersama-sama, walaupun mereka meyakini, bahwa mereka berbeda satu sama lainnya
Sementara harian Perancis, Liberation yang terbit di Paris turut pula mengomentari keadaan di Italia setelah kemenangan Romano Prodi pada pemiihan umum.
"Selamat tinggal Silvio, ini adalah kabar terbaik yang dapat dikirimkan Roma saat ini. Namun tampaknya harapan kita sama kosongnya dengan fenomena yang sedang terjadi di Italia. Kita masih belum akan terlepas dari cengkraman Berlusconi. Prodi hanya mampu meraih kemenangan tipis, dan ini akan menyeret Italia ke dalam konflik politik seputar penghitungan ulang kertas suara. Koalisi tengah-kiri pimpinan Prodi pun akan menemui kesulitan besar dalam menjalankan roda pemerintahan. Karena Berlusconi dan separuh pemilih di Italia meragukan legitimasinya. Meskipun demikan, kemenangan politik berhaluan kiri di Roma dan bangkitnya kembali tradisi serupa di Paris memunculkan sebuah hipotesa lain, bahwa kekuatan politik Uni Eropa pelan-pelan mulai bergerak ke arah kaum sosialdemokrat yang reformis."
Sehubungan dengan hasil pemilu di Italia, harian Belanda, De Volksrant menurunkan komentar, mungkin seorang Romano Prodi dapat mewariskan sebuah jalan baru bagi kaum muda.
"Keberanian Berlusconi dan penampilannya yang tidak lazim menciptakan sebuah rona yang jelas pada wajah perpolitikan Italia, bahwa strateginya dapat digunakan dengan baik. Namun ia harus menghadapi suatu pertikaian dengan berbagai kepentingan politik. Sebuah konflik yang tidak dapat digolongkan ke dalam demokrasi modern. Selain itu, sudah terbukti bahwa sikap kepala batu yang dimiliki Berlusconi lebih keras dibanding daya tahannya. Jika Berlusconi menunjukkan segalanya secara berlebihan, maka tidak demikiannya dengan Romano Prodi. Tapi mungkin Prodi adalah orang yang dapat menciptakan landasan baru bagi generasi muda. Ini akan menjadi hal yang sangat dibutuhkan Italia. Seorang politikus, yang tidak ingin kembali ke lubang-lubang perlindungan pada abad yang lalu."
Sedangkan harian Inggris, Daily Telegraph yang berhaluan konservatif, berkomentar, Berlusconi mengalami kekalahan yang pantas.
"Sebagai pengusaha fenomenal yang kaya, Berlusconi mampu meyakinkan para pemilih pada tahun 1994 dan 2001, bahwa kesuksesan perorangan dapat menular ke lingkup yang lebih luas. Namun pada masa kedua pemerintahannya, Italia hanya mengalami pertumbuhan produk domestik brutto sebesar 0,7 persen. Pada waktu yang sama, daya saing Italia menurun dan hutang dalam negeri membengkak. Berlusconi tidak berhasil menjalankan politik liberalisasinya, yang dibutuhkan untuk mereformasi sistem ekonomi tidak stabil. Dengan alasan-alasan ini, Berlusconi mengalami kekalahan yang pantas."